Hamzah
adalah seorang lelaki Quraisy yang sangat terpandang dan sangat
disegani. Ia sangat menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan
keluarganya. Ia mempunyai kegemaran (hobbi) berburu, dan hal itu membuat
dirinya makin ditakuti oleh orang-orang Quraisy lainnya.
Suatu hari
di bulan Dzulhijjah tahun ke enam dari nubuwwah, ketika baru pulang dari
perburuannya, seorang budak wanita milik Abdullah bin Jad’an berkata
kepadanya, “Wahai Abu Ammarah (nama kunyahnya Hamzah), ketika berada di
Shafa, aku melihat Abu Jahal mencaci maki dan melecehkan keponakanmu,
Muhammad. Bahkan ia memukul kepalanya hingga terluka!!”
Mendengar
laporan tersebut Hamzah sangat marah. Nabi SAW adalah putra kakak
kandungnya, sedangkan Abu Jahal hanya saudara sepupunya. Penghinaan
kepada beliau sama artinya dengan penghinaan kepada dirinya, apalagi
ayahnya telah wafat. Masih dengan menenteng busur panahnya, ia berjalan
berkeliling mencari Abu Jahal, setiap orang yang ditemuinya selalu
ditanya keberadaan Abu Jahal. Ketika ditemuinya di dekat masjid, ia
berkata, “Wahai orang yang berpantat kuning (yakni, Abu Jahal),
beraninya engkau mencela anak saudaraku, sedangkan aku berada di atas
agamanya…!!”
Setelah itu Hamzah memukul kepala Abu Jahal dengan busur
panah yang dipegangnya hingga luka menganga. Orang-orang Bani Makhzum
(kabilahnya Abu Jahal) berdiri ingin melakukan perlawanan, dan
orang-orang Bani Hasyim (kabilahnya Hamzah dan Nabi SAW) juga segera
berdiri di belakang Hamzah. Kalau dibiarkan mungkin bisa terjadi perang
saudara saat itu. Tetapi Abu Jahal berkata kepada kaumnya, “Biarkan saja
Abu Ammarah, karena aku memang telah mencaci maki anak saudaranya
dengan cacian yang sangat menyakitkan!!”
Mungkin apa yang dikatakan
Hamzah bahwa ia berada di atas agama Nabi SAW adalah hanya ungkapan
kemarahan dan perasaan harga dirinya yang tersinggung. Tetapi bisa jadi
itu memang jalan hidayah Allah, karena setelah itu ia menghadap Nabi SAW
dan menyatakan dirinya memeluk Islam.
Keislaman Hamzah bin Abdul
Muthalib seolah menjadi pemicu bangkitnya kekuatan Islam, apalagi tiga
hari kemudian disusul dengan keislaman Umar bin Khaththab. Atas
inisiatif Umar, kaum muslimin yang selama ini beribadah dan berdakwah
dengan sembunyi-sembunyi, jadi berani melakukannya dengan
terang-terangan. Saat itu juga, Nabi SAW mengeluarkan kaum muslimin
dalam dua barisan, barisan pertama dipimpin oleh Hamzah dan barisan
kedua dipimpin Umar. Mereka berjalan menuju Baitullah dengan menggemakan
tasbih, tahmid, tahlil dan takbir kemudian berkumpul di dekat Ka’bah.
Kaum kafir Quraisy hanya bisa memandang tanpa berani berbuat apa-apa.
Ketika
perang Badar mulai pecah, seorang lelaki perkasa dari Quraisy, Aswad
bin Abdul Asad al Makhzumy sesumbar akan menghabisi kaum muslimin. Maka
Hamzah maju menghadapi orang sombong tersebut dan dengan mudah
membunuhnya. Kemudian tampillah tiga pahlawan kafir Quraisy yang masih
bersaudara, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah dan Walid bin Utbah,
menantang duel. Tiga orang pemuda Anshar, Auf bin Harits al Afra,
Muawwidz bin Harits al Afra dan Abdullah bin Rawahah berniat menghadapi
mereka, tetapi mereka hanya menginginkan sesama Quraisy saja. Maka Nabi
SAW memerintahkan Hamzah, Ali dan Ubadah bin Harits yang juga bersaudara
untuk menghadapinya, dan dengan mudah mengalahkan mereka. Hanya saja
Ubadah sempat terluka parah, dan akhirnya gugur sebagai syahid.
Dalam
perang Badar itu, Hamzah memakai tanda bulu burung pada bajunya. Ia
berperang dengan perkasanya sehingga pasukan musuh porak poranda.
Seorang lelaki musyrik bertanya tentang siapa dia, dan dijawab kalau dia
adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia berkata, "Dialah yang banyak
menimbulkan kesusahan pada kita."
Dalam perang Uhud, ketika pasukan
muslim porak poranda karena sebagian besar pemanah meninggalkan posnya,
seorang sahabat melihat Hamzah di dekat sebuah pohon sedang berdoa,
"Aku adalah singa Allah dan singa Rasul-Nya. Wahai Allah, aku berlepas
diri kepadaMu dari perbuatan orang-orang musyrik, aku memohonkan
ampunanMu atas apa yang dilakukan oleh mereka (kaum muslim) atas Abu
Sufyan dan teman-temannya (yakni melarikan diri dari musuh)."
Setelah
itu, ia terjun lagi dalam pertempuran, menghadang pasukan musyrikin
walaupun keadaannya tidak berimbang, pasukan musuh terlalu banyak.
Setiap orang musyrik yang mencoba mendekati dan memeranginya pasti
terbunuh. Saat itu, Wahsyi mencoba mendekati sambil bersembunyi di balik
pohon dan batu-batuan. Tiba-tiba muncul Siba bin Abdul Uzza, Hamzah
langsung menyongsongnya sambil berkata, "Mendekatlah padaku, hai anak
lelaki wanita tukang khitan…!!"
Ketika Hamzah sedang sibuk melawan
dan menyerang Siba, Wahsyi bersiap menggerak-gerakkan tombaknya. Saat
Hamzah sedang memukul kepala Siba dengan pukulan yang bisa menghancurkan
kepalanya, Wahsyi melemparkan tombaknya ke arah Hamzah dan mengenai
pinggang bagian bawahnya dan tembus di antara dua pahanya. Hamzah
mencoba mengejarnya, tetapi jatuh dan syahid seketika.
Wahsyi
mengambil tombaknya, mencabutnya dari tubuh Hamzah dan kembali ke
kemahnya sambil menunggu peperangan usai. Ia memang tidak punya
kepentingan dengan pertempuran itu. Niatnya membunuh Hamzah hanya untuk
kemerdekaan dirinya dari perbudakan, dan juga hadiah yang dijanjikan
oleh Hindun binti Utbah.
Usai perang, Nabi SAW mencari jenazah Hamzah
dan sahabat yang melihat Hamzah tadi mengantar beliau ke dekat pohon
dimana Hamzah berdoa. Ketika melihat jenazahnya yang ditoreh, diiris
bahkan dirusak itu, beliau menahan nafasnya sehingga tersengal-senga,
dan beliau bersabda, "Kafanilah jenazahnya..!"
Bangkitlah
seorang lelaki Anshar dan memberikan pakaiannya untuk dibuat kafan
jenazah Hamzah. Kemudian Nabi SAW bersabda, "Penghulu para syuhada di
sisi Allah pada hari kiamat adalah Hamzah..!"
0 komentar:
Posting Komentar