Itulah ucapan jamaah haji asal India saat menggendong ayahnya yang
telah berusia 80 tahun, saat keduanya menunaikah ibadah haji tahun ini,
tahun 1435 H/2014 M. Nama anak itu adalah Muhammad Rasyid. Ia berusia
50-an tahun. Rasyid menyatakan, ia bisa saja membawa kursi roda untuk
membantu ayahnya menunaikan satu per satu rangkaian ibadah haji. Namun
menurutnya ayahnya yang sepuh itu lebih merasa nyaman berada di atas
punggunya. Jadi ia lebih memilih cara itu agar ayahnya merasa lebih
senang.
“Aku bisa mendorongnya dengan kursi roda atau alat pengangkut
sejenisnya, tapi punggungku lebih nyaman untuk ayahku,” katanya kepada
harian al-Watan.
Rasyid adalah anak satu-satunya dari sang ayah. Dan ia sangat
mencintai ayahnya lebih dari apapun. “Aku sangat dekat dengan ayahku,
terutama setelah ibuku meninggal dunia”, katanya.
Dia berkisah, dulu sewaktu kecil ayahnya senantiasa menggendongnya.
Mengangkat tubuh kecilnya di atas punggung si ayah. “Sekarang saatnya
aku membalas kebaikan ayahku dalam bentuk serupa”.
Sebenarnya sang ayah sejak dulu telah mengutarakan harapan agar bisa
menunaikan ibadah haji ke tanah haram. Namun saat itu, kondisi keuangan
keluarga mereka tidak memungkinkan. “Ketika ayahku berusia 80 tahun, aku
memutuskan untuk membawanya pergi berhaji, tidak peduli berapapun
biayanya”, kata Rasyid.
Rasyid melanjutkan, “Aku juga bertekad dan berjanji kepada diriku
sendiri bahwa aku tidak akan membiarkan kaki ayahku menyentuh bumi (aku
gendong), baik saat thawaf (mengelilingi Ka’bah tujuh putaran), sa’i
(bolak-balik tujuh kali antara bukit Shafa-Marwa), dan saat melempar
kerikil jamarat”.
Setelah berhasil menunaikan tekadnya itu, Rasyid teringat akan ucapan
seseorang di desanya, desa kecil yang berada di India. Orang-orang
mengatakan, ia tidak mungkin bisa menunaikan ibadah haji karena ayahnya
yang sangat mencintainya tidak akan mungkin mengizinkannya berangkat ke
Arab Saudi. Selain itu, ayahnya juga tidak bersedia apabila ia gendong
agar pergi haji bersama. Namun ia telah membuktikan apa yang disangkakan
penduduk desa itu keliru. Bahkan, ia tidak hanya berangkat dengan
ayahnya saja. Ibu tirinya pun ikut serta bersama-sama menunaikan rukun
Islam yang kelima.
Kisah Muhammad Rasyid ini mengajarkan kepada kita tentang berbakti
kepada orang tua. Haji saat ini berbeda dengan haji-haji di zaman dulu.
Saat ini, jumlah jamaah haji begitu besar dan kondisinya begitu padat.
Bahkan pada saat-saat tertentu, untuk masuk Masjidil Haram di
waktu-waktu haji pun mendapat peringatan dan pengaturan karena Masjidil
Haram sudah tidak mampu menampung jamaah haji. Belum lagi cuaca yang
terik menyengat. Namun di tengah kondisi padatnya Masjidil Haram dan
lempar jamarat, serta panasnya cuaca, Rasyid berusaha sekuat tenaga
menggendong ayahnya yang sudah sangat tua. Terkadang kita dalam keadaan
longgar dan mudah, masih sering menolak perintah dan enggan berbuat baik
kepada orang tua. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada kita bakti
dan kasih sayang kepada orang tua kita.
Ia juga menjadi bukti dari sekian banyak bukti kebenaran janji Allah.
Janji barangsiapa yang jujur kepada Allah, maka Allah akan mewujudkan
cita-citanya. Rasyid telah jujur berniat sepenuh hati mewujudkan
cita-citanya dan ayahnya untuk berhaji ke tanah suci. Lalu, Allah
bukakan jalan kepadanya.
Kisah Rasyid juga mengajarkan bahwa rezeki haji itu bukanlah hitungan
pasti nominal rezeki. Terkadang jalan menuju ke sana Allah bukakan dari
pintu yang tiada disangka. Entah apapun dan bagaimanapun caranya. Dan
sebaliknya, terkadang rezeki harta itu ada tapi kesehatan atau hal-hal
lain jadi penghalang. Terkadang harta itu cukup atau berlebih, namun
lemahnya iman menghalangi.
Oleh karena itu, mohonlah kepada Allah dengan sepenuh hati dan penuh
kejujuran bahwa kita ingin menjadi tamu-Nya di rumah-Nya, Baitullah yang
mulia, mudah-mudahan Allah kabulkan keinginan dan wujudkan suatu hari
nanti. Mohonlah kepada Allah taufik, agar hati kita diberikan spirit
untuk menggemakan kalimat talbiyah bersama kaum muslimin dunnia di
Baitullah al-haram.
Semoga kita diberikan keturunan atau anak-anak yang sholeh dan sholehah, untuk itu bari kita berusaha dari diri kita sendiri, agar menjadi muslim yang sholeh dengan rajin mendekat kepada-Nya diawal waktu, dan menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya...
Marilah kita sama-sama berdo'a :
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
(Robbi hablii min ladunka dzurriyyatan thoyyibah, innaka samii'ud du'aa')
Artinya:
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".(QS. Ali Imran : 38)
Aamiin ya Robbal 'Alamiin
Artinya:
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".(QS. Ali Imran : 38)
Aamiin ya Robbal 'Alamiin
Sumber: saudigazette.com.sa dan sumber lain
0 komentar:
Posting Komentar